Thursday, 12 December 2013

Terlelap dalam Ilusi


Kamu pasti sedang tidur saat ini. Di dekap keeksotisan hujan yang turun dengan lancarnya seperti bermain seluncuran anak TK, dentuman musik dari laptopmu mungkin membawamu lenyap dari dunia yang begitu terlukis nyata untuk menemui dunia yang begitu abstrak.
                              
Disini aku, yang hanya bisa menerka-menerka posisi tidurmu. Apakah kau sedang tidur dalam posisi terlentang? Atau tengkurap dengan nyaman? Ah sepertinya aku memasuki dimensi terlalu dalam untuk sekedar memikirkanmu. Tapi ini kenyataanya aku hanya dapat merabamu dalam presepsi.

Disini aku, yang hanya bisa merasa iri terhadap benda mati yang bisa membuat dirimu nyaman. Benda mati yang bisa membuat dirimu lupa akan dunia. Benda mati yang membuatmu menjadi diri sendiri. Yap! Tempat tidurmu, bantal, guling dan selimutmu.

Jika saja aku yang menjadi tempat tidurmu, aku yang membuatmu nyaman dan kau akan merebahkan tubuhmu yang kurang asupan tidur karena kau terlalu lelah menghadapi dunia. Jika saja aku yang menjadi bantalmu, aku yang menjadi alas kepalamu, kepala yang berisi otak-otak yang sedang kehabisan daya karena berpikir keras hingga membuatmu lelah dan ingin mengistirahatkannya. Jika saja aku yang menjadi menjadi gulingmu, aku yang akan kau peluk dengan nyaman sembari menemanimu terlelap. Jika saja aku yang menjadi selimutmu, aku yang akan menghangatkanmu dalam malam yang dingin seperti ini.

Dan itu semua hanya ilusiku, ilusi untuk menghibur diriku, ilusi untuk membuatmu semata-mata nyata di hadapanku. Biarkan ilusi ini menghimpit di sela-sela otakku, agar hujan saja yang mampu meluruhkan ilusi buatanku, biar saja hingga seseorang datang menegurku.

Sunday, 20 October 2013

Bacalah, ini untukmu! :)


Hai laki-laki pelipur lara, bagaimana kabarmu? Aku harap baik-baik saja ya:)
Masih ingat dengan aku? Iya aku perempuan yang selalu memberimu ucapan selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam, aku perempuan yang selalu menjadi matahari pagimu, perempuan yang menjadi matahari siangmu, menjadi senja soremu dan menjadi rembulan malammu.
Mungkin bagimu aku tidak penting, jadi dengan seenaknya kamu mampu membuatku merasa bahagia lalu dengan seenaknya pula kamu meninggalkan aku sendiri tanpa alasan.
Aku masih ingat kita berucap janji, entah janji untuk di tepati atau untuk di ingkari. Janji yang kita buat adalah janji konyol yang pernah aku dengar haha. Tapi janji itu kita buat ketika kamu masih ada disini untukku, ketika kamu masih mampu membuatku tertawa terbahak-bahak.
Sekarang kamu pergi, tanpa ada kabar, tanpa ada tanda dan isyarat, tanpa ada alasan. Aku tahu diri mungkin untuk sekarang aku bukan perempuan pilihanmu, mungkin untuk sekarang hatimu lebih memilih seorang perempuan lain, mungkin untuk sekarang hanya doa yang tepat untuk kebahagiaanmu, dan mungkin untuk sekarang bukan kamu laki-laki yang pantas untuk membuatku bahagia:’)
Yaah inilah aku, perempuan yang mencintaimu dengan ikhlas, maka jika kamu sekarang benar-benar pergi aku juga akan mengikhlaskan kamu duhai lelaki pembawa keceriaan.
Jika kamu mengerti tulisan ini kutujukkan hanya untukmu maka jangan malu untuk menegurku kembali. Maaf, aku bukan perempuan yang mampu mengungkapkan secara langsung perasaan ini padamu. Aku tidak punya nyali untuk itu, maka tulisan ini mewakili perasaanku padamu:’) 

Sunday, 6 October 2013

Karena Jatuh Cinta itu GOKIL!!



Siapa sih yang gak pernah ngerasain jatuh cinta? Semua orang pasti pernah ngerasain itu baik yang muda ataupun yang tua tapi jangan jadi abg tua ding haha.
Dan semua pasti tau sensasinya jatuh cinta itu gimana. Jatuh cinta itu gokil banget!!! Yang gak pernah ngerasain pasti hidupnya nggak asik, datar, hening, suram. Karena saking gokilnya jatuh cinta, bisa bikin orang yang awalnya hidupnya sedih terus jadi bahagia sebahagia bahagianya bahagia *alah ini apa* 

Kok bisa bikin gitu? Ajaib yak! Iyalah jatuh cinta brooo. Tukang sihir Harry Potter mungkin kalah sama jatuh cinta dalam hal sihir-menyihir. Jatuh cinta itu bikin kita senyum-senyum sendiri, kegirangan sendiri, bikin gila sendiri dan mungkin tanpa kita sadar jatuh cinta itu merubah hal negative kita jadi positif. Kayak misalnya kita itu awalnya males banget ngerjain tugas tapi pas lagi jatuh cinta kita jadi nggak males lagi. 

Coba bayangin deh kalo semua orang di Indonesia ini jatuh cinta. Hal positif apa yang bakal terjadi gara-gara jatuh cinta? Mungkin Jakarta nggak akan banjir, dan yang paling penting orang-orang di Indonesia nggak bakal datang “terlambat” baik kerja, kuliah, atau sekolah. Keren kaaan!! Bermanfaat banget ternyata jatuh cinta hahaha.

Ciptakan jatuh cinta merdeka!!!

Sunday, 17 February 2013

Celah-Celah Langit

Tuhan selalu mengintip hasil karyanya yang sempurna tanpa cacat dari celah-celah langit, manusia. Aku suka memandang langit, dari langit berwarna biru, keungu-unguan, jingga hingga hitam pekat. Apalagi langit tidak kosong, selalu ada saja yang mengisi agar langit tidak kesepian. Ketika pagi hari ia di temani oleh awan-awan yang putih suci bersih, ketika menjelang siang matahari dan awan-awan menemani langit, awan tak pernah absen menemani langit bahkan dalam gelapnya malam sekalipun sekaligus bulan dan bintang ikut serta menemani langit pada malam hari.  
Lalu Tuhan tersenyum lewat celah-celah langit, mengirimkan angin dari celah-celah langit, mengirimkan hujan dan panas dari celah-celah langit, dari celah-celah langit pula Tuhan bisa mengirimkan bencana terbesar untuk manusia. Tak jarang Tuhan memberikan berkah tersendiri dari celah-celah langit, tetapi manusianya tak pernah sadar akan hal itu. Selalu mengeluh dengan apa yang Tuhan berikan kepada mereka. Nyatanya Tuhan tau apa yang mereka butuhkan, nyatanya celah-celah langit milik Tuhan sangat bermanfaat, nyatanya berkah tidak datang tanpa alasan, nyatanya Tuhan sayang dengan hasil ciptaannya:)

Saturday, 19 January 2013

Kamu Belanda dan Aku Indonesia


            Bagiku kamu seperti Belanda, salah satu negara favoritku. Kamu tau kenapa aku menyebutmu seperti Belanda? Alasanku banyak untuk mengatakanmu seperti Belanda, aku rasa kamu dan Belanda hampir mirip. Negara yang terkenal dengan ikon Kincir Angin dan Tulipnya, sangat indah. Sepertimu yang menurutku juga sangat indah, kamu punya ikon tersendiri tanpa kamu sadari. Wajahmu penuh dengan keceriaan yang setiap saat kamu tebarkan kepada seseorang di sekitarmu, seperti bunga tulip belanda yang merekahkan bunganya pada musim semi, warnanya berbagai macam dan membuat orang ingin memetiknya. Sedangkan kamu, aku benar-benar ingin memilikimu secara utuh:)
            Lalu, apa lagi yang sama? Kamu seperti kincir angin Belanda, kincir angin Belanda yang berfungsi sebagai pencegah banjir, irigasi dan lain-lain. Mungkin kamu merasa tidak mempunyai kesamaan dengan kincir angin Belanda, tapi bagiku kamu punya fungsi yang hampir sama. Kamu punya sesuatu untuk mencegah keluarnya air mataku ketika aku sedih, kamu mampu mengirigasi hatiku yang kering dengan cintamu dan aku sangat bergantung padamu, aku butuh kamu setiap saat:)
            Tapi tak jarang kamu bersikap dingin seperti Belanda yang mempunyai suhu dingin mencapai -14oC, marah sesuka hatimu sampai tega menjajah aku yang seperti Indonesia ini. Aku tak berani berkata apapun jika kamu marah, aku hanya diam. Seperti Negara Belanda yang menjajah Negara Indonesia, tidak banyak orang Indonesia yang berani menentang. Aku rasa diam itu lebih baik untuk membuatmu tenang dan kembali lagi berputar sesuai fungsimu, kincir anginku. Aku rasa mendengarkan omelanmu lebih baik daripada aku harus kehilanganmu. Dan aku rasa, aku Indonesia bisa mengembalikan perasaanmu yang ceria lagi seperti bunga Tulip di musim semi. Kamu indah seperti Belanda, meskipun kamu menjajah tetapi di sejarahku kamu tetap yang terbaik.Aku memang tidak indah seperti Belanda, tapi untuk mencintaimu rasanya tidak perlu menjadi indah sepertimu, Belandaku:)

Dariku, Indonesia:)    

Friday, 18 January 2013

Private Life of Robin van Persie (Flashback)


I was born on 6th August 1983 in Kralingen, Rotterdam. I have a very creative family. Both my parents are artists. My mum is also an art teacher and has an art gallery and runs workshops. My dad creates unique pieces of art/sculptures that can be viewed in various galleries. I am the youngest of three children. My eldest sister Kiki is a mum of two lovely children. She has a fashion degree and at present teaches at a Fashion Academy in Rotterdam. Her true passion lies in creating her own designs and in time her own brand. My other sister Lilly has a degree in creative therapy and Art psychotherapy. She is extremely well travelled and has enjoyed places such as India and South Africa. During such visits she would volunteer to work for charitable organisations that involves orphans. So as you can see the creativity runs throughout the family.
I have always been very sporty. I enjoy table tennis, swimming and tennis. When I used to go to school, I was always walking and keeping the ball up at the same time. I was always at my happiest when I was playing football in the streets. I always remember the guys from my neighbourhood competing against other local teams. We would play in ‘the Cage’ and the competition between us was fierce. We would gather there and play ‘Goal to Goal’ and ‘Amerikaantje’.
At the age of 13 I attended Thorbecke High School, this is a special sports school that worked together with Feyenoord. The school was specifically for talented children who excelled in sports. I would wake up at 6.30am and rush to leave the flat. With both my schoolbag and sportsbag to carry I would catch the tram to Voorschoterlaan, and then the tube to Prinsenland. A typical day for me at school would begin with 3 hours of lessons in the morning. We would then be driven to Feyenoord’s youth training ground for a 1,5 hour football session and then back to school for a further 3 hours of study. Depending on which day I would also have either a further football session after school or a match. This went on until I was 17 years old.
When I was 19 years old I met Bouchra, who was studying Communication and Accountancy at University. Two years later on 31st March 2004 we married in Rotterdam, and 3 months after we moved to London and my career at Arsenal began. Our first years in London were very hard. As you can imagine we were young, it was our first time living abroad and we were missing our family and friends. As time progressed I got to play more regularly for the team and we got to experience and enjoy London. It did not take long for us to fall in love with the city and call London our home.
On 16th November 2006 our son Shaqueel was born. This was a life changing moment for me and at that time without doubt the best moment of my life. I fell in love with him from the moment I saw him. The older he gets the cheekier he becomes, in fact he reminds me a lot of myself.
On 10th October 2009 was the next best moment in my life. Our second child was born, our beautiful daughter Dina Layla. She is a real daddy’s girl and is and always will be my little princess.
Away from football my life is devoted to my family. With the free time I have there is nothing I enjoy more than spending time with them and playing with the kids. Every day is a new experience and I could not be any prouder of my family than I am already.