Espresso
manisku sekarang sudah menjadi pahit, mungkin karena aku lupa menuangkan gula
atau susu. Espresso manisku sekarang sudah tidak hangat lagi, mungkin aku
terlalu lama membiarkannya di tiup angin.
Tuhan,
bolehkah aku minta Espresso manisku lagi? Kali ini aku berjanji, aku
tidak akan lupa untuk menaruh gula atau susu kedalamnya. Aku berjanji kali ini,
aku tidak akan membiarkannya di tiup oleh angin.
Kali ini aku akan menyeduhnya,
meskipun panas agar aku tidak telat merasakan sensasi panasnya.
Rasanya
sulit untuk tidak menikmati sepersekian detik ini bersama Espresso manisku.
Meneguknya sampai habis, membiarkan tubuh ini di aliri oleh Espresso manisku,
membiarkan mata ini terjaga hingga akhir semesta, membiarkan darah ini berubah
menjadi cairan kopi Espresso termanis yang pernah aku rasakan.
Espressoku,
jika kau dingin jangan lupa untuk mengingatkan aku. Aku mohon jangan jadi
Espresso yang pahit lagi, ingatkan aku jika aku lupa menuangkan gula atau susu
lagi. Jangan jadi Espresso yang sekedar menemaniku bercakap mesra dengan bulan
dan bintang tetapi jadilah Espresso yang Espresso yang bertanggung jawab, yang
tidak meninggalkan aku ketika aku sudah terbangun buatlah aku terlelap lagi
jika kamu berhasil membuatku terbangun. Jadilah Espresso yang mengerti suasana
hatiku. Jadilah Espresso pertama yang aku kecup di penghujung hariku.
Darimu
aku belajar banyak hal Espresso manisku, bahwa cinta harus bersabar, bahwa
menjaga cinta tidak boleh teledor agar orang lain tidak mengambil apa yang
seharusnya kau milikki.