Thursday 16 January 2014

Espresso termanisku


   Espresso manisku sekarang sudah menjadi pahit, mungkin karena aku lupa menuangkan gula atau susu. Espresso manisku sekarang sudah tidak hangat lagi, mungkin aku terlalu lama membiarkannya di tiup angin.
Tuhan, bolehkah aku minta Espresso manisku lagi? Kali ini aku berjanji, aku tidak akan lupa untuk menaruh gula atau susu kedalamnya. Aku berjanji kali ini, aku tidak akan membiarkannya di tiup oleh angin.    
    Kali ini aku akan menyeduhnya, meskipun panas agar aku tidak telat merasakan sensasi panasnya.

Rasanya sulit untuk tidak menikmati sepersekian detik ini bersama Espresso manisku. Meneguknya sampai habis, membiarkan tubuh ini di aliri oleh Espresso manisku, membiarkan mata ini terjaga hingga akhir semesta, membiarkan darah ini berubah menjadi cairan kopi Espresso termanis yang pernah aku rasakan.

    Espressoku, jika kau dingin jangan lupa untuk mengingatkan aku. Aku mohon jangan jadi Espresso yang pahit lagi, ingatkan aku jika aku lupa menuangkan gula atau susu lagi. Jangan jadi Espresso yang sekedar menemaniku bercakap mesra dengan bulan dan bintang tetapi jadilah Espresso yang Espresso yang bertanggung jawab, yang tidak meninggalkan aku ketika aku sudah terbangun buatlah aku terlelap lagi jika kamu berhasil membuatku terbangun. Jadilah Espresso yang mengerti suasana hatiku. Jadilah Espresso pertama yang aku kecup di penghujung hariku.

    Darimu aku belajar banyak hal Espresso manisku, bahwa cinta harus bersabar, bahwa menjaga cinta tidak boleh teledor agar orang lain tidak mengambil apa yang seharusnya kau milikki.

No comments:

Post a Comment