Friday, 17 January 2014

Kesetiaan Bougenville Liar


Bulan dan Bintang tak lagi menemaniku bercakap malam ini. Matahari sudah bosan melihatku menanti dirinya datang di pagi hari. Angin tak ingin meniupkan lagi namamu yang selalu kuucapkan ketika bertemu. Bahkan hujan pun tak ingin menutupi air mataku lagi. 

Entah mengapa alam begitu tega melihatku memilu seperti ini. Lalu kuputuskan untuk bersahabat dengan segerombolan bunga bougenville liar di pinggiran jalan. Aku memilih segerombolan bougenville liar karena mereka hidup berdampingan selalu, kesetiannya patut diuji ketika ada bunganya yang gugur atau di petik orang mereka tetap menjadi satu. Agar kamu tahu bahwa yang setia menemani itu ada bukan terlahir dari dongeng-dongeng putri kerajaan.  

Thursday, 16 January 2014

Espresso termanisku


   Espresso manisku sekarang sudah menjadi pahit, mungkin karena aku lupa menuangkan gula atau susu. Espresso manisku sekarang sudah tidak hangat lagi, mungkin aku terlalu lama membiarkannya di tiup angin.
Tuhan, bolehkah aku minta Espresso manisku lagi? Kali ini aku berjanji, aku tidak akan lupa untuk menaruh gula atau susu kedalamnya. Aku berjanji kali ini, aku tidak akan membiarkannya di tiup oleh angin.    
    Kali ini aku akan menyeduhnya, meskipun panas agar aku tidak telat merasakan sensasi panasnya.

Rasanya sulit untuk tidak menikmati sepersekian detik ini bersama Espresso manisku. Meneguknya sampai habis, membiarkan tubuh ini di aliri oleh Espresso manisku, membiarkan mata ini terjaga hingga akhir semesta, membiarkan darah ini berubah menjadi cairan kopi Espresso termanis yang pernah aku rasakan.

    Espressoku, jika kau dingin jangan lupa untuk mengingatkan aku. Aku mohon jangan jadi Espresso yang pahit lagi, ingatkan aku jika aku lupa menuangkan gula atau susu lagi. Jangan jadi Espresso yang sekedar menemaniku bercakap mesra dengan bulan dan bintang tetapi jadilah Espresso yang Espresso yang bertanggung jawab, yang tidak meninggalkan aku ketika aku sudah terbangun buatlah aku terlelap lagi jika kamu berhasil membuatku terbangun. Jadilah Espresso yang mengerti suasana hatiku. Jadilah Espresso pertama yang aku kecup di penghujung hariku.

    Darimu aku belajar banyak hal Espresso manisku, bahwa cinta harus bersabar, bahwa menjaga cinta tidak boleh teledor agar orang lain tidak mengambil apa yang seharusnya kau milikki.

Tuesday, 14 January 2014

Kopi Hitam, Manis


Aku seperti  kopi hitam murni, yang biji-bijinya baru saja keluar dari tungku perapian, yang baru saja digiling dari mesin penggiling kopi, yang baru saja disajikan oleh barista dan yang baru saja di seduh oleh seseorang bernama kamu.

Sedikit demi sedikit kamu menuangkan gula dan susu agar kopi hitam ini tak lagi berwarna hitam dan pahit rasanya. Kau hirup asap yang mengepul dari kopi hitam itu, asap yang sedang hangat-hangatnya. Lalu kau teguk kopi yang tak lagi berwarna hitam dan pahit itu, pelan-pelan kamu menikmati setiap tetes kopi yang menelusuri setiap inci di dalam kerongkonganmu hingga akhirnya terjun kedalam perutmu.

Karena setiap tetes dari kopi tersebut adalah aku yang berusaha menerobos sela-sela hatimu. Kopi hitam itu ingin namanya tersemat rapi di dalam hatimu yang terbungkus oleh lapisan bernama cinta.
Kopi hitam yang hanya ingin setiap hembusan nafasmu adalah miliknya. Kopi hitam yang ingin kamu nikmati di pagi harimu, dan kopi hitam yang selalu menemani di malam harimu. Akulah kopi hitam, manismu :)